Selasa, 25 Maret 2014

ETIKA LINGKUNGAN (ANTI SPESIESME)

Paper Etika Lingkungan


ANTI-SPESIESME



Oleh :
ARIANTO
1205101050062
AGT 01





FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2013



PENDAHULUAN


Latar belakang
Manusia mempunyai kapabilitas untuk merasakan sakit dan nikmat dari segi fisik dan juga mental. Ketika seseorang digores kulitnya dengan sebuah pisau, ia akan merakan sakit. Begitu pula kalau ia diancam dengan sebuah senjata, ia akan merasa takut. Hal ini menunjukan bahwa manusia merupakan sentient being atau makhluk yang mampu merasa. Makhluk apapun yang mempunyai interest, layak untuk dipertimbangkan interestnya itu secara adil. Namun, masih banyak kejadian dimana makhluk lain yang mempunyai interes tetap dihiraukan sehingga manusia tetap bersikap semuanya terhadapnya. Kejadian yang dimaksud disini, terjadi dengan hewan dan manusia yang biasa disebut dengan istilah spesiesme. Spesiesme merupakan istilah yang diciptakan oleh psikolog asal inggris yang bernama richard D.ryder untuk mendefinisikan sebuah prasangka yang didasari oleh golongan spesies suatu being. Spesiesme merupakan bentuk diskriminasi yang melibatkan pemberian hak dan nilai berdasarkan spesial. Serupa dengan manusia, hewan juga mempunyai interest yang mungkin selama ini tidak disadari oleh manusia. Namun hingga kini perlakuan yang buruk tetap dilakukan pada mereka.

Equal treatment (perlakuan setara/sama) Equal treatment dikenal sebagai anti spesiesisme yang dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel. Anti spesiesme adalah sikap membela kepentingan dan kelangsungan hidup semua spesies di bumi karena didasarkan pada mempunyai hak hidup yang sama dan pantas mendapatkan perlindungan dan perhatian yang sama.

Peter Singer mendasarkan teorinya kepada prinsip moral perlakuan yang sama dalam kepentingan. Perlakuan yang sama dalam relasi anta manusia didasarkan pada pertimbangan bahwa manusia mempunyai kepentingan yang sama. Kesadaran dan tanggung jawab moral sangat penting terhadap makhluk ciptaan bukan manusia. Tanggung jawab dan pertimbangan moral berlaku bagi seluruh komunitas kehidupan. Prinsip moral harus konsisten diterapkan dalam seluruh komunitas kehidupan demi kebaikan keseluruhan komunitas kehidupan.










PEMBAHASAN


Awal mula
Ketika sebuah sikap sudah begitu terbentuk di dalam diri sampai tidak dipertanyakan lagi, yang bisa dilakukan hanyalah memahaminya dengan kembali ke asal usulnya. Sebelum bisa memahami makna dari spesiesme sekaligus mengakhirinya paling tidak menguranginya, ada baiknya kembali ke masa sebelumnya dan menengok sejarah bagaimana spesiesme bisa muncul. Disini ada beberapa pemikiran dari zaman-zaman berbeda yang membahas mengenai manusia terhadap hewan yang telah diwariskan oleh manusia pada zaman sekarang.

1.      Zaman renaisans

Pada zaman ini, percobaan laboratorium dengan menjadikan hewan sebagai objeknya mulai berkembang dieropa. Dibawah pengaruh ilmu pengetahuan baru mengenai mekanika, descartes menganggap bahwa segala hal yang terdiri dari materi digerakan oleh prinsip-prinsip mekanik seperti halnya jam. Hal ini tentunya dapat mengundang persoalan bagaimana manusia yang juga terdiri dari substansi dan merupakan bagian dari dunia fisik. Untuk menghindari persoalan ini, descartes memunculkan ide mengenai jiwa. Manusia adalah makhluk yang berkesadaran dan kesadaran itu tidak dapat diperoleh dari materi. Descartes mengindentifikasikan kesadaran dengan jiwa yang abadi yang diciptakan oleh tuhan. Berdasarkan doktrin kristiani hewan tidak mempunyai jiwa yang abadi pandangan ini berakibat pada kesimpulan bahwa hewan juga tidak memiliki kesadaran. Dengan begitu, descartes membedakan manusia dengan hewan dari jiwanya.
            Descarter mengatakan bahwa manusia yang bodoh sekali pun, menunjukkan kebebasan karena mempunyai jiwa. Sedangkan hewan sebaliknya menunjukkan sikap otomatis sebab mereka tidak mempunyai jiwa. Hewan semata-mata merupakan mesin, automata. Mereka tidak mampu mengalami rasa sakit ataupun senang. Meskipun apabila seekor hewan dapat merintih rintih dan berusaha untuk melarika diri ketika disembelih, menurut descartes, itu berarti mereka dapat merasakan sakit. Hewan digerakkan oleh prinsip-prinsip yang sama dengan jam, namun hewan memang lebih komplek, karena mereka diciptakan tuhansedangkan jam diciptakkan oleh manusia. Dengan begitu, suara merintih-rintih yang dikeluarkan oleh hewan ketika disakiti hanyalah bagaikan pegas yang melompat dari sebuah jam.

2.      Zaman pencerahan dan sesudahnya
Setelah pemikiran dari descartes muncul, seorang pemikir dari perancis, voltaire mengungkapkan bahwa, setelah seekor anjing dibedah ditemukan bahwa ternyata ia mempunyai organ-organ perasa yang sama dengan manusia. Dari sini descartes ditantang dan pemikirannya pun menjadi lebih tidak masuk akal. Pada zaman ini, perlakuan terhadap hewan menjadi lebih dipertimbangkan. Perlakuan yang sedikit lebih halus mulai diperlakukan. Filsuf-filsuf seperti Jean-Jacques Rousseau dan Jeremy Bentham mulai menyadari kekuatan argumen vegetarianisme dan menyadari bahwa persoalannya bukan terletak pada kapabilitas bernalarnya tetapi dari kapabilitasnya untuk merasakan sakit. Meskipun demikian, sebagian filsuf yang pemikirannya membawa pengaruh besar pada masyarakat pada zaman ini memang menunjukkan keprihatinannya terhadap kekejaman pada hewan, namun sebagian diantaranya tidak mampu berpegang tegu pada argumennya sendiri.


ETIKA TERHADAP SPESIESME
Tanggapan islam terhadap spesiesme
Islam menganggap hewan sebagai makhluk yang harus dihormati. Karenanya, Islam menetapkan etika manusia terhadap hewan yaitu.
·         Memberinya makan dan minum,  jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut: Sabda RasulullahTerhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala, (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah). Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi, (Muttafaq Alaih). Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al Hakim).
·         Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, karena dalil-dalil berikut: Ketika Rasulullah melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, beliau bersabda: Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran, (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih). Rasulullah melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdanya:Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya, (Diriwayatkan Muslim). Rasulullah bersabda seperti itu, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya.
·         Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah bersabda:Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dan kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya, (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).
·         Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksaan apapun baik dengan melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah saw. bersabda, Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena ia tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah, (Diriwayatkan Al-Bukhari). Rasulullah berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian beliau bersabda, Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik api itu sendiri (Allah), (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini Shahih).
·         Diperbolehkan membunuh hewan-hewan yang membahayakan, contohnya yaitu seperti anjing penggigit, serigalaularkalajengkingtikus, dan lain sebagainya, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah, Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan haram, yaitu ular, burung gagak yang berwarna belang-belang, tikus, anjing yang suka menggigit dan burung hudaya (rajawali).(Diriwayatkan Muslim). Diriwayatkan pula bahwa diperbolehkan membunuh gagak dan melaknatnya. Diperintahkan pula untuk membunuh cicak dimanapun kita jumpai. Muhammad bersabda Barangsiapa yg membunuh cecak dg satu pukulan maka baginya 100 pahala, dan bila dg dua pukulan maka terus berkurang dan berkurang. Ummu Syarik berkata: Nabi telah menyuruh membunuh cecak. Muhammad memberinya julukan Fuwaisiqa yang berarti si kecil yang fasiq.
·         Diperbolehkan mengecap telinga hewan untuk kemaslahatan, karena Rasulullah mengecap onta zakat dengan tangannya yang suci.
·         Mengetahui hak Allah dengan mengeluarkan zakat hewan tersebut, jika hewan tersebut termasuk hewan yang harus dizakati.
·         Sibuk dengannya tidak membuatnya lupa taat kepada Allah dan lalai tidak dzikir kepada-Nya, karena dalil-dalil berikut: Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dalam mengingatAllah, (QS. al-Munafiqun: 9). Rasulullah bersabda tentang kuda, Kuda terbagi ke dalam tiga jenis, seseorang mendapatkan pahala (karenanya), seseorang mendapat pakaian (karenanya), dan seseorang mendapat dosa (karenanya). Adapun orang yang mendapatkan pahala karena kuda ialah orang yang mengikatnya di jalan Allah dan memperpanjang talinya di tanah lapang, atau padang rumput. Maka apa saja yang terjadi pada kuda tersebut di tanah lapang, atau padang rumput, maka orang tersebut mendapatkan kebaikan kebaikan. Jika orang tersebut memutus talinya, kemudian kuda tersebut berjalan cepat satu langkah, atau dua langkah, maka jejak-jejaknya, dan kotoran-kotorannya adalah kebaikan-kebaikan baginya, serta kuda tersebut bagi orang tersebut adalah pahala. Orang satunya mengikatnya karena ingin memperkaya diri namun ia tidak lupa hak Allah di leher, dan tulang punggung kudanya, maka kuda tersebut adalah pakaian untuknya. Sedang orang satunya mengikatnya untuksombongriya', dan permusuhan, maka kuda tersebut adalah dosa baginya, (Diriwayatkan Al-Bukhari).










CONTOH KASUS SPESIESME
1.      Hewan sebagai alat percobaan
Dari zaman dulu, manusia sudah sering melakukan percobaan dengan menjadikan hewan sebagai objek percobaannya.mulai zaman yunani kuno dimana Aristoteles (384-322 BCE) dan Erastritatus (304-258 BCE) termasuk orang-orang pertama yang melakukan percobaan terhadap hewan.
Berikut ini adalah beberapa contoh percobaan yang dilakukan terhadap hewan yang menunjukan spesiesme:
·         Percobaan psikologi
Percobaan yang mengerikan yang sering dijumpaidi dalam pengembangan psikologi. Seorang profesor bernama Harry F. Harlow yang sebelum meninggal bekerja di primate research center di madison, Wisconsin melakukan percobaan yang hendak memberikan rangsangan patologi psikologis pada kera yang masih bayi. Ia mencoba untuk membuat agar kera-kera yang telah diasingkan sejak lahier tersebut, menjadi depresi dengan cara membiarkan mereka melekat pada induk buatan yang dibuat dari bahan kain.ketika kera yang masih bayi itu melekat dengan induknya itu, pada jadwal yang sudah ditetapkan, angin kencang akan dihembuskan dari induk buatannya itu sampai kera bayi terlempar. Namun, percobaan ini tidak berhasil karena kera bayi tersebut malah semakin melekat dengan induk buatannya.

·         Percobaan racun
Lahan besar percobaan lainnya adalah dibidang bahan kimia yang melibatkan praktek yang meracuni hewan-hewan percobaannya. Bebagai macam kosmetika dan zat lainnya diuji coba pada mata hewan. Percobaan iritasi mata Draize pertama kali dilakukan pada tahun 1940an. Pada saat itu, J.H Draize bekerja untuk U.S Food and Drug Administration. Ia membuat semacam  skala yang menunjukan tingkat iritasi suatu zat dengan memberikkan zat tersebut pada mata kelinci. Biasanya, kelinci-kelinci ini dimasukkan ke dalam alat untuk menahan tubuhnya agar tidak bisa bergerak namun kepalanya tetap menonjol. Zat yang dimasukkan bisa berupa sampo, tinta, pemutih serta zat lainnya dengan cara menarik kelopak bagian bawah kelincinya dan meneteskan zatnya kebagian dalam kelopaknya itu. Setelah itu, mata kelincinya ditutup dan proses ini biasanya dilakukan berulang kali. Hasil percobaan tersebut juga melaporkan bahwa kelinci yang dijadikan alat percobaan langsung menutup matanya rapat-rapat, terkadang juga merintih-rintih dan juga berusaha untuk melarikan diri.

2.      Peternakkan massal
Sebagian besar orang yang memakan daging produksi hewani mungkin tidak pernah memikirkan proses yang harus dilalui hewan yang dikonsumsinya itu serta kesakitan yang dirasakannya. Salah satu hal yang bisa menjadi penyebab dari hal ini adalah ignorance atau ketidaktahuannya. Secara umum, masyarakat memang tidak tahu mengenai perlakuan terhadap hewan dibalik makanan yang disantap. Ketika membeli sebuah produk makanan, makanan terbungkus rapi dan bersih. Orang jarang sekali mengasosiasikannya dengan makhluk hidup yang bernapas, mampu berjalan dan merasakan sakit.

·         Ayam dari peternakan
Tidak banyak yang mengetahui bahwa ayam itu merupakan makhluk hidup yang mampu bersosialisasi. Dilahan peternakan ayam itu mengembangkan semacam hierarki yang sering disebut dengan istilah pecking order. Setiap ayam memberikan makanan yang diperolehnya kepada ayam yang tingatnya lebih tinggi dalam pecking order ini. Didalam penelitian lainnya ditunjukkan bahwa ayam yang berjumlah hingga 90 ekor bahkan bisa menjaga sebuah tatanan sosial secara stabil dimana setiap ayam mengetahui posisinya. Tetapi didalam metode peternakkan yang modern, hingga 80.000 ekor ayam ditempatkan didalam kandang yang sempit dimana ruang untuk bergerak pun hampir tidak ada. Hal ini menyebabkan tidak mungkinnya makhluk sosial ini untuk menata tatanan sosialnya. Akibatnya adalah ayam-ayam tersebut menjadi stres dan jenuh selain karena tidak bisa bebas bergerak dan menjalankan kebiasaannya itu, juga karena kekurangan udara sehingga mereka menjadi kepanasan.

·         Produksi daging sapi muda
Di negara-negara maju seperti amerika, sehari atau dua hari setelah anak sapi lahir, mereka langsung dikirim ke tempat penjagalan atau slaughterhouse, dimana ketika hal ini terjadi, induknya sering merintih karena mencari anaknya. Agar tekstur dagingnya tetap lembut dan merah, anak sapi ditempatkan dalam kondisi yang tidak alami. Mereka tidak dibolehkan untuk bebas berlarian supaya tidak membakar banyak kalori, sehingga dengan begitu, mereka ditempatkan didalam kandang yang begitu sempit. Kemudian, secara alami sapi memang mengkonsumsi rumput sebagai makanannya, namun dalam kasus ini tidak demikian. Peternak tidak ingin sampai daging anak sapinya berkurang kualitasnya, karena itu, anak sapi diberikan makanan cair yang berupa susu tanpa lemak beserta vitamin dan mineral serta obat pemicu pertumbuhan. Proses pemotongannya pun sering kali menggunakan pisau yang kurang tajam sehingga menyebabkan anak sapi merintih-rintih dan berusaha untuk melarikan diri.
 
3.      Hewan sebagai alat hiburan
Salah satu jenis hiburan yang melibatkan hewan adalah sirkus. Dialam terbuka, gajah merupakan hewan yang mampu bersosialisasi dengan hidup di kelompok yang besar atau herd yang selalu melakukan perjalanan. Tetapi, dikehidupan dalam sirkus mereka selalu dirantai kakinya didalam tenda. Rantai pada kakinya hanya memungkinkan mereka berjalan sekitar dua langkah kedepan dan kebelakang. Hal ini membuat mereka tidak mampu untuk bergerak banyak dan melakukan kebiasaan-kebiasaannya seperti berburu makan, membersihkan diri, bersosialisasi serta melakukan perjalanannya. Hal ini menyebabkan mereka menjadi stres dan melakukan hal-hal yang tidak wajar bagi gajah seperti mengangguk-angguk dan mengayun-ayunkan badannya.
  


4.      Hewan sebagai bahan dalam dunia mode
Pada awalnya, manusia menggunakan bulu dan kulit hewan untuk menutupi sekaligus melindungi tubuhnya terhadap cuaca dan sebagainya. Bahkan di dalam alkitab dikatakan pula bahwa Adam dan Hawa dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit hewan sebelum kedua diturunkan kebumi. Setiap bahan yang terbuat dari bulu dan kulit, ini merupakan hasil tindakan kekerasan terhadap hewan. Untuk memperoleh bahan tersebut, sebuah proses yang sangat menyiksa harus dilalui oleh hewan. Pertama, untuk memperoleh bulu dan kulitnya, tentu harus ada hewannya dulu. Berbagai macam hewan digunakan untuk mendapatkan bahan kulit dan bulu yang bervariasi pula. Untuk mendapatkan bahan tersebut, terkadang hewan di tangkap dengan berbagai cara, contohnya alat perangkap. Kemudian, hewan-hewan yang terperangkap itu jarang sekali langsung dibunuh. Sebagian besar hewan yang terperangkap harus mati dengan cara dianiaya.  
 



MENGGUGAT SPESIESME
Pendekatan etis untuk menolak spesiesme
Dalam membahas sikap manusia terhadap hewan, pendekatan etika akan sebab etika telah menjadi aspek yang begitu inheren didalam kehidupan. Selama ini, sebagian orang besar menganggap bahwa perilaku etis hanya patut diterapkan pada sesama manusia, sehingga makhluk hidup lainnya ada semata-mata objek untuk melengkapi hidup manusia ketimbang sebagai sesama penghuni. Etika yang disebut sebagai filsafat moral merupakan disiplin yang membahas mengenai apa yang secara moral baik dan buruk serta benar dan salah.
Bab ini akan berusaha untuk mengubah cara pandang para spesies atau setidaknya menambah kesadaran berkenaan dengan masalah ini.

1.      Hewan manusia dan hewan non-manusia
Kata animal yang berarti hewan, berasal dari kata animale dalam bahasa latin yang diambil dari kata animalis dan ditelusuri dari kata anima dan berarti nafas yang vital atau jiwa. Definisi biologisnya mengindikasikan semua makhluk dalam kerjaan animalia, termasuk manusia. Secara umum hewan merupakan makhluk hidup yang mempunyai karakteristik yang beragam seperti insting, hawa nafsu, mempunyai keinginan untuk bebas dan sebagainya.
Namun terdapat pula karakteristik lainnya yang tidak dimiliki oleh semua hewan. Seperti halnya gajah, manusia sering kali hidup dalam sebuah kelompok. Tetapi berbeda dengan gajah, manusia mempunyai kapasitas untuk berfikir secara abstrak. Dengan ini hewan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, hewan manusia dan hewan non manusia. Meskipun manusia tetap tergolong sebagai hewan, karena adanya karakteristik pembeda yang sekaligus menjadikan manusia lebih unggul dibandingkan dengan hewan non manusia, kata hewan tidak lagi menjadi istilah yang sering digunakan untuk menunjukan manusia. Dalam penggunaan sehari-hari, kata hewan lebih sering digunakan untuk mengindikasikan hewan non manusia.
2.      Personhood / person dan non person
Konsep personhood atau situasi perorangan, merupakan konsep yang sering kali dibahas dalam filsafat moral dan praktek moral sehari-hari. Lebih khususnya, konsep personhood ini menjadi salah satu pembahasan yang sangat penting didalam persoalan hak, seperti hak untuk hidup, apakah janin mempunyai hak untuk hidup atau tidak. Seiring berjalannya diskusi-diskusi mengenai personhood ini, sampai pada sebuah asumsi bahwa layak untuk memperoleh status moral adalah mereka yang merupakan person atau seseorang.

·          Makna persoonhood secara metafisis
Secara metafisis, personhood berarti sesuatu hal ( a kind of thing ) dan sapontzis menandakan arti ini person dengan persond. Hal-hal yang dimaksud disini adalah individu yang melewati proses ruang dan waktu yang mempunyai identitasnya sendiri, integritas, kemandirian serta kecukupan diri.

·         Makna persoonhood secara moral
Memandang dari sisi moral, telah dijelaskan bahwa person ini dapat berarti suatu status. Disini sapontzis menandakan makna person ini dengan persone. Untuk menjadi persone sebuah being diberikan penghormatan dan keistimewaan dari mereka yang tindakannya dapat mempengaruhi kebahagianny. Persone merupakan being yang interstnya harus dihargai. Ketika menentukan apa yang secara moral perlu lebih diutamakan, secara moral seseorang mempunyai obligasi untuk mempertimbangkan interest dari being lain yang juga merupakan persone.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar